Discus

A. Membedakan Induk Jantan dan Betina

Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus. Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus betina. Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 mm.

B. Ciri-Ciri Induk Diskus yang Baik

- Harus sehat - Sisik tersusun rapi

- Sisik tidak cacat ditunjang dengan bentuk yang bulat

- Gerakannya wajar/normal, tidak bergerak miring atau lamban

- Mata menonjol normal, tidak melotot keluar

- Matang gonad atau siap memijah

C. Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Mijah

Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan (seperti pada gambar 4). Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut. Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati. Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk dipijahkan. D. Proses Pemijahan Pasangan induk ditempatkan dalam aquarium pemijahan, dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intensif, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat nertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan 150 - 300 butir telur. Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih. Dalam waktu 6 hari sejak peletakan telur, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa.

E. Penetasan Telur

Seperti ikan Chiclid lainnya, ikan diskus bersifat menempelkan telurnya pada suatu benda atau substrat. Oleh karena itu tempat pemijahan harus diberi potongan paralon atau benda lain yang permukaannya halus sebagai tempat menempelnya telur. Telur ikan diskus akan menetas dalam waktu 40 - 60 jam sejak dibuahi. Induk ikan diskus tersebut bisa dijadikan inang asuh apabila hanya bisa bertelur tetapi tidak mampu merawat telurnya dengan baik. Penetasan telur terkadang tidak terjadi secara serentak, telur bisa sampai 8 hari baru menetas. Bila dalam waktu lama (4 hari) telur belum menetas juga, induk diskus akan gelisah sehingga akan memakan telurnya. Memang sifat kanibalisme yang timbul pada induk ini bukan karena induk terlalu sayang pada keturunannya, namun juga ada sebab lain. Misalnya karena kualitas air yang kurang bagus, adanya suara berisik dari luar, nervous melihat orang mondar-mandir dilingkungan sekitarnya, dan sebagainya. Untuk itu tingkat penetasan telur (SR) pada ikan diskus diperkirakan mencapai 50% dari jumlah telur yang terbuahi. Namun hal tersebut tidak mutlak sebagai landasan dalam budidaya ikan diskus, mortalitas pada telur akan semakin tinggi apabila perlakuan kita kurang intensif dalam menjaga kualitas air serta menjaga lingkungan sekitar agar tetap aman dan tidak berisik. Natalitas yang tinggi dapat kita peroleh apabila perlakuan yang kita terapkan dalam proses pemijahan ikan diskus sesuai dengan kriteria yang diinginkan ikan diskus.

F. Perkembangan Telur

1. 40 jam pertama Pada tahap ini, telur-telur mulai menunjukkan perkembangannya. Pada telur yang semula berwarna kuning sampai merah transparan mulai terlihat bintik hitam tepat di tengahnya. Bintik hitam ini merupakan bintik mata pada benih ikan diskus. Hal ini menandakan bahwa telur-telur tersebut terbuahi dengan baik. Telur yang tidak terbuahi akan tetap terlihat transparan, yang kemudian akan memutih dan membusuk.

2. 55 jam pertama Pada tahap ini telur-telur akan menetas, awalnya kulit telur akan menipis kemudian larva-larva yang telah berkembang penuh akan membuat gerakan seperti getaran halus, menembus membran kulit telur. Bagian ekor larva terlihat mencuat keluar dan bergerak dengan motil. Larva-larva tersebut tetap melekat pada substratnya.

3. Hari ke-4 Pada tahap ini, terlihat kemajuan pada perrtumbuhan larva. Pasangan induk akan memindahkan sekumpulan larva baik sebagian maupun seluruhnya. Umumnya induk tersebut akan memilih tempat yang aman bagi larva-larva tersebut.

4. Hari ke-5 Pada tahap ini aktivitas larva semakin meningkat, ditandai dengan sering bergeraknya larva keluar dari kumpulannya. Pasangan induk diskus akan sibuk mengumpulkan larva-larva yang tercerai-berai dan mengembalikannya ke kumpulan mereka.

5. Hari ke-6 Pada tahap ini, larva sudah cukup kuat untuk berenang bebas. Dimulai dengan satu-dua ekor yang mulai berenang dari substrat ke tubuh induknya. Larva-larva tersebut akan memperoleh makanan dari induknya yaitu berupa lendir yang di produksi oleh induk diskus serta memperoleh perlindungan dari induknya. H. Pemeliharaan Larva Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawaatan benihnya. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :

1. Pemeliharaan larva secara alami Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan. Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah. Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan. Pada gambar 5 memperlihatkan induk ikan diskus merawat anaknya, benih ikan diskus tersebut selalu bergerak mengikuti induknya dengan memakan lendir yang diproduksi oleh induk ikan diskus itu.

2. Pemeliharaan larva dengan Inang asuh Penetasan telur secara buatan telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon. Ambil ± 5 ekor larva kemudian masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan. Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut.

3. Pemeliharaan larva secara buatan Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastik dengan cara disifon, secara berlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva, pada tahap awal makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebihdahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa makan Artemia.

Beberapa Jenis Discus

snake skin red ribbon red peagon red marlboro pearl pigeon Marlboro leopard snake skin gold diamond Angel Blue Diamond   snow leopard